Fungsi dan Potensi Hutan dan Lahan Gambut |
Tanah gambut terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tanaman purba yang mati
dan sebagian mengalami perombakan, mengandung minimal 12 – 18% Corganik
dengan ketebalan minimal 50 cm. Secara taksonomi tanah disebut
juga sebagai tanah gambut, Histosol atau Organosol bila memiliki ketebalan
lapisan gambut > 40 cm, bila bulk density > 0,1 g/cm3 (Widjaja Adhi, 1986).
Istilah gambut memiliki makna ganda yaitu sebagai bahan organik (peat)
dan sebagai tanah organik (peat soil). Gambut sebagai bahan organik
merupakan sumber energi, bahan untuk media perkecambahan biji dan
pupuk organik sedangkan gambut sebagai tanah organik digunakan sebagai
lahan untuk melakukan berbagai kegiatan pertanian dan dapat dikelola dalam
sistem usaha tani (Andriesse, 1988). Terdapat tiga macam bahan organik
tanah yang dikenal berdasarkan tingkat dekomposisi bahan tanaman aslinya
(Andriesse, 1988 dan Wahyunto et al., 2003), yaitu fibrik, hemik dan saprik. |
||||
Fibrik |
Bahan gambut ini mempunyai tingkat dekomposisi rendah, pada umumnya
memiliki bulk density < 0,1 g/cm3, kandungan serat > 3/4 volumenya, dan
kadar air pada saat jenuh berkisar antara 850% hingga 3000% dari berat
kering oven bahan, warnanya coklat kekuningan, coklat tua atau coklat
kemerah-merahan. |
|||
Hemik |
Bahan gambut ini mempunyai tingkat dekomposisi sedang, bulk densitynya
antara 0,13-0,29 g/cm3 dan kandungan seratnya normal antara < 3/4 -
> 1/4 dari volumenya, kadar air maksimum pada saat jenuh air berkisar
antara 250 - 450%, warnanya coklat keabu-abuan tua sampai coklat
kemerah-merahan tua. |
Saprik |
Bahan gambut ini mempunyai tingkat kematangan yang paling tinggi, bulk
density-nya > 0,2 g/cm3 dan rata-rata kandungan seratnya < 1/4 dari volumenya,
kadar air maksimum pada saat jenuh normalnya < 450 %, warnanya
kelabu sangat tua sampai hitam. |
|
Ekosistem gambut merupakan ekosistem khas,
dimana ekosistem ini jika belum terganggu,
selalu tergenang air setiap tahunnya. Gambut
memiliki manfaat yang khas dibandingkan
dengan sumberdaya alam lainnya, karena
gambut dapat dimanfaatkan sebagai “lahan”
maupun sebagai “bahan” (Setiadi, 1999). Hutan
rawa gambut memiliki multifungsi, diantaranya: |
||||
# |
sebagai cadangan/penyimpan air (aquifer); |
|||
# |
sebagai penyangga lingkungan/ekologi; |
# |
sebagai lahan pertanian; |
|
# |
sebagai habitat flora (tanaman) dan fauna (ikan, burung, satwa liar lain,
dan sebagainya); |
|||
# |
sebagai bahan baku briket arang maupun media tumbuh tanaman; |
|||
# |
memiliki kemampuan untuk menyimpan/memendam (sink) dan
menyerap karbon (sequestration) dalam jumlah cukup besar yang berarti
dapat membatasi lepasnya gas rumah kaca ke atmosfer. |
|||
Lahan gambut kurang bernilai ekonomis tetapi memiliki fungsi ekologis
yang sangat penting, seperti fungsi hidrologi yang berperan dalam mengatur
aliran dan menyimpan air. Kemampuannya menyerap air yang tinggi
menjadikan rawa gambut berperan penting dalam mencegah terjadinya banjir
dan mengurangi bahaya banjir. |
||||
Gambut merupakan
ekosistem khas yang
kaya akan
keanekaragaman
hayati [Box 1]. Jenisjenis
floranya, antara
lain: Durian burung
Durio carinatus,
Ramin Gonystylus
sp., Terentang
Camnosperma sp.,
Gelam Melaleuca sp.,
Gembor Alseodaphne
umbeliflora, Jelutung Dyera costulata, Kapur naga Callophyllum soulatri,
Kempas Koompassia malacensis, Ketiau Ganua
motleyana, Mentibu Dactyloclades stenostachys,
Nyatoh Palaqium scholaris, Belangeran Shorea
belangeran, Perupuk Lophopetalum mutinervium,
Rotan, Pandan, Palem-paleman dan berbagai jenis
Liana. |
||||
Jenis fauna yang dapat ditemukan di daerah rawa gambut antara lain Orang
utan, Rusa, Buaya, Babi hutan, Kera ekor panjang, Kera ekor pendek
berwarna kemerah-merahan, Bekantan, Beruk, Siamang, Biawak, Bidaung
(sejenis Biawak), Ular sawah, Ular tedung, Beruang madu, Macan pohon,
berbagai jenis ikan (Tapah, Lais, Baung, Ruan, Seluang, Lawang, Toman,
Junuk, Papuntin, Lele, Bidawang, Sepat, Kaloi, Kapar, Papuyuk, Kentet,
Biawan) dan berbagai jenis burung yang memanfaatkan daerah itu sebagai
habitat ataupun tempat migrasi (Burung Hantu, Bubut, Tinjau, Curiak, Antang
(Elang), Pempuluk, Punai, Sebaruk, Bangau, sejenis Bangau, Walet,
Serindit, Putar, Tekukur, Beo, Pelatuk dan Tinggang). |
||||
Gambut juga merupakan salah satu penyusun bahan bakar yang terdapat
di bawah permukaan. Gambut mempunyai kemampuan dalam menyerap
air sangat besar, karena itu, meskipun tanah di bagian atasnya sudah kering,
di bagian bawahnya tetap lembab dan bahkan relatif masih basah karena
mengandung air. Sehingga sebagai bahan bakar bawah permukaan ia
memiliki kadar air yang lebih tinggi daripada bahan bakar permukaan (serasah, ranting, log) dan bahan bakar atas (tajuk pohon, lumut, epifit).
Saat musim kemarau, permukaan tanah gambut cepat sekali kering dan
mudah terbakar, dan api di permukaan ini dapat merambat kelapisan bagian
bawah/dalam yang relatif lembab. Oleh karenanya, ketika terbakar, kobaran
api tersebut akan bercampur dengan uap air di dalam gambut dan
menghasilkan asap yang sangat banyak. |
Artikel Terkait : |
Bentuk Struktur Organisaisi Badan Lingkungan Hidup Daerah . |